Selasa, 28 Desember 2010

MENJADI WANITA PALING BERBAHAGIA

KALUNG EMAS KESEMBILAN : Perempuan Tua YangMenjadi Simbol
DR.Aidh Al Qarni

Wahai saudariku, jadilah engkau seperti wanita tua yang datang kepada Hajjaj ibn Yusuf, yang telah bersumpah akan membunuh anaknya yang dipenjara. Ia berkata dengan penuh keyakinan, keberanian dan kekuatan hati: "Walau engkau tidak membunuhnya, suatu saat anakku juga pasti mati."

Jadilah engkau seperti seorang wanita Persia yang sangat tawakal kepada Allah ketika kehilangan kandang ayamnya. Ia memandang ke langit dan berdoa: "Wahai Allah, jagalah kandang ayamku, karena sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik Penjaga."

Jadilah engkau seperti Asma bintiAbu Bakar, yang melihat anaknya, Abdullah ibn Zubair, terbunuh dan disalib. Ia mengatakan-yang kemudian mahsyur-: " Sekarang saatnya, si penunggang kuda harus turun untuk berjalan kaki."

Jadiah engkau seperti Khansa yang menyerahkan empat putranya dalam sebuah peperangan di jalan Allah. Ketika mereka terbunuh, ia berkata: "Segala puji bagi Allah yang telah memuliakanku dengan kematian mereka (anak-anakku) yang syahid di jalan-Nya."

TENGOKLAH PARA WANITA TERSEBUT DAN SEJARAH HIDUPNYA YANG MULIA..YANG DIKENANG BERABAD-ABAD..

Aku ingin kalian melihat..Aku ingin kalian meresapi potongan kalimat dari buku2 ini..Yang kini menjadi buku favoritku..Aku ingin kalian memahami dari potongan bab ini..Kenapa mereka menjadi simbol?! Kenapa mereka menjadi Panutan Wanita berabad-abad lamanya..

Apakah karena mereka mempunyai anak yang juara olimpiade?
Atau karena mereka punya anak yang kaya raya seantero dunia?
Apa karena mereka cantik sehingga diukir sejarah Islam?
Apa karena mereka wanita terupdate satu angkatan?

Tidak wahai ukhti..Tidak wahai muslimah..
Akhlak mereka yang mulia..
Kecintaan mereka kepada Allah SWT..
Yang mampu menjadikan mereka terkenang sejarah Islam..
Akhlak mulia itu tentu tidak datang begitu saja, tidak tercipta dan tercermin begitu saja pada diri mereka..Tapi melalui proses panjang dan tentu melelahkan. Melalui pengorbanan dan usaha yang mampu membuat dada sesak.. Tapi tengoklah kisah mereka, adakah hal buruk tersirat dalam kisah mereka?
Kecintaan mereka pada Allah SWT pun tidak datang begitu saja..Tidak langsung ada ketika mereka lahir, tapi melalui proses pembelajaran, proses menangkap hidayah yang memang sudah ada..
Semua itu ada karena pemahaman mereka terhadap syahadat. Pengetahuan mereka akan konsekuensi yang harus diambil ketika mengucap syahadat..
Syahasat bukan hanya 2 kalimat biasa yang bahkan terlalu mudah untuk diucapkan..
Bukan hanya sebatas arti "Aku beraksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah SWT."
Bukan sesempit itu..
Mereka paham perubahan apa yang akan terjadi pada mereka ketika mengikrarkan ini..Dan mereka tidak main-main menerapkannya..

Lantas kita,yang terlahir sebagai muslim, tidak mau mencoba untuk mencari tau?

Perkataan Asma binti Abu Bakar membuatku gelisah sepanjang malam, membuatku ribut bertanya-tanya..
" Sekarang saatnya, si penunggang kuda harus turun untuk berjalan kaki."
Saat anaknya, Abdullah ibn Zubair, seorang mujahid yang handal berkuda dan selalu menang, harus mati dalam keadaan disalib, kata-kata itulah yang membuktikan betapa syahadat itu telah tertancap di hatinya, betapa tegar dan mulia hati Asma binti Abu Bakar.
Dan betapa kuat Khansa meyakini bahwa anaknya mati di jalan Allah SWT adalah yang terbaik..
Betapa bangganya ia akan anaknya yang mati karena menolong agama Allah..Betapa bangganya Islam memiliki wanita sekuat Asma binti Abu Bakar dan Khansa.


Kita sebagai wanita, punya banyak jalan untuk berjihad di jalan Allah SWT..Tidak mesti kalian angkat-angkat senjata ke Palestina! Tidak harus jadi orator ulung yang menyebarkan nilai Islam dengan suara lantang! Tidak harus jadi penulis yang nulis-nulis buku..
Pahamilah Islam..Liat cantiknya Islam itu..Tanamkan dalam hati dan jiwa kalian lekat-lekat..Jadilah ibu yang baik..
Kita, sebagai wanita punya tugas mutlak utama nantinya yaitu sebagai Ibu. Di situlah peran kita dalam Islam..Kita mesti pintar, kita mesti up to date, karena kita ingin melahirkan generasi muslim terbaik nantinya.. Generasi muslim yang akan membawa kemenangan Islam itu kepada kita. Mungkin tidak sempat di dunia, tapi insya Allah di akhirat nanti, tongkat kejayaan itu akan diestafetkan sampai ke tangan kita.Subhanallah..Amin..

Kamis, 23 Desember 2010

TITIK KOMA DALAM BENAK

Aku bersandar. Lelah ini merayapi tubuhku. Sakit itu masih menghujam. Bahkan, sampai saat ini rasa kecewa itu masih membekas. Rasanya baru kemaren, aku dan teman-teman berteriak lantang menyebut asma-Nya. Rasanya baru kemaren kami dengan mudah menjalankan sebuah strategi dakwah luar biasa. Tapi kini, sulit itu telah kurasa. Beberapa kali, aku berdakwah dengan mudah, mengajak dengan mudah, mendapatkan hasil dengan mudah, rasanya bantuan-Nya itu dekat sekali. Baru kali ini ku lihat rupa dakwah yang sesungguhnya. Dakwah itu cantik, tapi dia liar, perlu kesabaran dan kekuatan luar biasa agar dia jadi milikku. Karena ini pun, aku meneteskan air mata.

“ Alam naj’allahu ‘ainaiin..”

“Wa lisa nawwa syafataiin..”

Aku mencintai surah Al Balad. Surah itu benar-benar mampu menguatkan saat aku lemah dan terhina. Ayat-ayatnya mampu mengingatkanku untuk melihat tubuhku sendiri dan menghitung nikmat di dalamnya. Kadang-kadang aku lupa, kalau nikmat Allah SWT padaku sudah sangat banyak, maka jika Dia menolak untuk memberiku suatu nikmat, aku tetap harus bersyukur. Ketika Dia memberikan scenario dan warna lain dalam hidupku, hal itu semata-mata agar aku tetap bersyukur.

Mengajak Evi, Yeni, Ines untuk tetap istiqamah di jalan halaqah ternyata adalah hal gampang dari jalan ini. Aku baru mengenal mereka sekilas saja, tapi sudah mampu mempunyai visi-misi yang sama untuk tetap di jalan ini, rintangan apapun yang ada di depan. Tapi mengajak tata, sahabatku sampai mati yang telah kukenal dari SMP ternyatalebih berliku dari apa yang kukira. Awalnya, dia lebih rajin ikut rohis SMA dibanding diriku. Kesibukanku yang aneh-aneh selalu membuatku lupa dengan rohis, tapi tidak dengan dia. Tahun pertama, dia lebih rajin daripada diriku. Meyakinkannya untuk ikut KSI Asy Syifa pun gampang, alasan-alasan kemanusiaan dan keagamaan mampu membuatnya yakin, bahwa memang dia pantas masuk KSI. Membuatnya berjanji untuk ikut seleksi KSI juga gampang.

Mana ku tahu kalau kenyataan berkata lain... Mana ku tahu scenario Allah yang begitu cantik... Mana ku tahu kalau dia berbelok justru di saat-saat genting dimana aku tak bisa menariknya lagi. Lantas, apa aku diam? Apa aku menyerah dan membiarkannya lewat. Sebenar-benarnya tidak. Tangis ini, duka ini harus mampu memotivasiku lebih jauh lagi, membangunkanku lebih keras lagi, dan mengangkatku lebih tinggi lagi. Agar mampu memperlihatkan padanya bahwa keputusan yang dia ambil itu salah, jalan yang kutawarkan ini lo yang benar.

Belum lagi mampu aku berdiri tegak dari duka ini, sudah menjalar sebuah duka lain yang mampu membuatkuyakin bahwa Allah SWT mencintaiku luar biasa besar. Karena cobaan yang diberikan juga bukan cobaan kecil bukan yang eteng-eteng. Merombak sebuah barisan yang telah kami tata rapi untuk ke surga adalah hal gampang. Tanpa ada yang tahu, bahwa menegakkan dan menyusunnya adalah hal luar biasa sulit yang tentunya banyak mendapat tantangan.

Sesaat pertama aku terlonjak tak percaya, rasanya seperti baru diserempet truk. Sesaat kemudian rasanya aku kehabisan kata-kata, tapi mengingat bahwa diam akan menyebabkan kita tenggelam aku interupsi. Awalnya aku bingung memuntir otak, mencari bahasa rasional dan umum yang bisa memperkuat keberadaan kami. Sesaat aku teringat dia, orang yang ku percaya mampu menjelaskan dengan lebih baik dan lebih meyakinkan daripada aku yang dangkal ini. Bukan rina atau evi bahkan yeni. Bukan juga hendi yang selama ini membantuku dengan pikiran-pikirannya.

…., mungkin bisa membantu menjelaskan.”

Pengetahuanku dangkal, aku bukan terlahir dari keluarga fanatic, juga bukan orang yang lama dan intens bergerak di jalan ini. Pengetahuanku tak ada apa-apanya dibanding Evi,bacaan Qur’anku tak ada apa-apanya dibanding Rina, hapalan surahku tak ada apa-apanya dibanding Yeni. Aku hanya mau belajar dan berani mengamalkan, walau cuma segelintir ayat yang ku pahami.Aku benar-benar tak ada apa-apanya kalau sendirian.

Namanya yang kumintai tolong, bukan yang lain. Karna aku percaya dia lebih bisa diandalkan di jalan ini. Bukan janji atau penjelasan yang kuminta tapi bantuannya saat ku minta. Bukan nanti, tapi saat itu, saat genting yang bukan hal kecil. Kuhargai janji-janjinya, tapi apa perasaan kalian jika saat kalian minta tolong teman kalian hanya diam dan tersenyum.

Aku pun berperang sendiri, mencoba menjelaskan serasional yang aku bisa. Tapi apa daya, aku sudah kehabisan kata-kata. Aku sudah kalah di kalimat pertama, tentu itu dari mata manusia. Tapi aku yakin, di mata Allah SWT sana, aku sudah meraih satu anak tangga menuju kemenangan. Lantas, apakah aku berhenti sampai saat ini?

Jalan ini bukan jalan yang gampang, aku sudah tahu dari dulu. Bila selama ini terlihat mudah berarti selama ini aku baru melihatnya dari jauh. Aku belum mendekati dan menaklukannya. Hari ini aku mendapat pelajaran bahwa aku masih lemah. Tapi justru dari kesadaran inilah aku ingin menjadi lebih kuat. Aku akan tetap berada di jalan ini, walaupun dibenci segelintir orang, walaupun tidak masuk organisasi manapun. Sampai mati, sampai habis dagingku digerogoti tanah.

SEPASANG JUBAH KEMULIAN RESENSI NEGERI LIMA MENARA

“Amak ingin memberikan anak terbaik amak untuk kepentingan agama. Ini tugas mulia untuk akhirat.”

Sebuah kalimat singkat yang mampu membuat saya jungkir balik tak karuan, saat membacanya. Masih terpatri kuat di benak saya ketika mengikuti seminar AMT dan sesi terakhirnya adalah ‘Membuat Alterlife Mapping’. Saya dan kawan-kawan ditantang untuk membuat sebuah alasan, kenapa kami pantas memasuki surganya. Dan masih terpatri jelas di benak saya, ketika mendengar alterlife mapping dari seorang perempuan palestina.

“ Ya Allah.. Hamba telah mengorbankan putra terbaik hamba untuk berjuang di jalan-Mu. Telah ku korbankan nyawanya untuk meledakkan para penentang-Mu. Telah ku ikatkan bom itu di dadanya dengan ikhlas.. Maka pantaslah aku untuk memasuki surge-Mu.”

Berkacalah saya! Apa yang sudah saya lakukan sehingga saya pantas masuk surge-Nya. Apa yang sudah saya berikan kepada Illahi agar saya dapat tempat mulia itu?! Apa? Apa? Dan Apa?

Tapi dengan kalimat si Amak tadi, dengan sepotong kata dari guru SD kampungan di pedalaman Sumatra Utara, saya menyadari betapa sempit pikiran yang saya punya. Betapa dangkal pemahaman yang ada di otak saya. Bahwa banyak jalan menuju roma..

Menuntut ilmu itu kewajiban dalam islam. Setinggi- setinggi mungkin. Untuk mengangkat derajat islam. Untuk memberi tahu ke pada dunia ‘Hei, kami umat muslim. Kami cerdas dan kami terdepan. Tapi kami tidak sombong dan serakah karna kami yakin ini semua pemberian-Nya.’

Tapi ilmu bagaimana yang mau kita perdalami? Saat ini kebanyakan orang tua hanya melihat kepintaran itu dari segi pengetahuan umum, pengetahuan dunia, dan mereka fine-fine saja ketika anaknya buta dan tuli tentang akhirat. Inilah isi buku ini, inilah makna terdalam dari buku ini. Ketika ilmu dunia dikesampingkan oleh seorang Ibu dan ilmu agama yang dia amanahkan untuk anaknya. Walau anak itu terpaksa dan setengah hati. Tapi yang namanya surge, memang benar-benar ada di bawah telapak kaki Ibu.

Memasuki Pondok Modern Gontor dengan setengah hati untuk menuruti perintah ibunya, Alif ternyata tetap berprestasi. Walaupun selalu mendapat koar-koar panas dari Randai, sahabatnya yang masuk SMA, Alif ternyata mampu mengakhiri pendidikannya di PM dan menjadi lulusan terdepan agama. Kenapa Alif jadi masalah ketika dia harus masuk pesantren?

Tersindir oleh perkataan Bunda Alif bahwa yang jadi pemimpin agama saat ini adalah orang-orang yang tidak lulus sekolah negeri, yang NIMnya pas-pasan, yang duitnya juga pas-pasan. Maka untuk seorang Alif yang NIMnya tertinggi se wilayahnya, yang namanya jadi patokan pasti masuk sekolah negeri favorit, masuk pesantren, meninggalkan ilmu dunia yang begitu banyak disanjung orang,tentu membuat gundah gulana.

Tapi kini lihat prestasi Alif, belajar agama bukan berarti menjadi terbelakang dengan informasi lain. Belajar agama bukan hanya menghapal ilmu-ilmu yang sudah turun berabad-abad yang lalu, tapi belajar ilmu agama, mampu membuatnya terbang ke Washington dengan Fulbright scholarship, mampu terbang ke London dengan segenap suka cita. Sekali lagi hal ini membuktikan perspektif yang salah tentang belajar agama.

Buku ini tidak hanya mampu membuat kita membuka pikiran untuk melihat banyaknya celah dalam meraih mimpi Islam. Tapi buku ini juga banyak member nasihat kehidupan. Seperti yang dikatakan Ali bin Abi Thalib bahwa menulis, mampu membuat ilmu melekat dan menjadi diri kita. Saya jadi semakin terpacu untuk merangkum.

Buku ini juga berhasil mendongkrak semangat saya untuk terus menghapal Al Qur’an, menjadi hafizah, walaupun Cuma 3-4 juz, tapi paling tidak saya ingin memberikan jubah kemuliaan kepada orang tua saya Luki Anjardiani dan Yurnadi Vahlevi. Sebuah hadist mengatakan bahwa bila seorang anak menjadi penghafal Al Qur’an, maka kedua orang tuanya akan dikaruniai Allah SWT jubah kemuliaan di akhirat kelak. Seandainya ada tukang jahit yang mampu membuat pelindung api neraka ini untuk kedua orang tua saya, berapapun akan saya bayar! Berhubung tidak ada, maka apapun akan saya lakukan, asalkan itu halal dan tidak mengurangi kemashlahatannya.

Terakhir, buku ini merupaka buku yang layak dibaca oleh orang yang terlau sibuk dengan duniawinya. Untuk orang-orang yang punya motivasi besar untuk berubah, buku ini mampu memberikan motivasi lebih, serta transfer energy agar semuanya sempurna.

Rabbi zidni ‘ili, warzukni fahman. Ya Rabbi, berikanlah ilmu bagi kami dan sertakan pemahaman bagi kami...

Senin, 01 November 2010

AKU SUDAH MEMBUKTIKAN...BAGAIMANA DENGAN ANDA???

Sholat.

Satu kata yang biasa didengar kaum muslim.

“ Itu kan kewajiban kita..”

“ Pokonya ngerjain..”

“Tau juga buat apa.”

“ Kata mama wajib..”

“Aduh, aku lama ga sholat.. Jadi malu sholat lagi..”

Itu beberapa sindir pernyataan mereka ketika aku menanyakan sholat kepada mereka.. Itu hanya segelintir sampel acak yang ku ambil untuk menggambarkan betapa Islam belum secara kaafah dipahami oleh umat Islam saat ini. Pelajaran agama saat ini, hanya bertanya “Apa”, “kapan” dan “Bagaimana”, belum bisa mencapai target kurikulum menjelaskan “Mengapa”. Itu bukan hanya kelemahan pembelajaran Islam saat ini, tapi hampir semua system pembelajaran yang ada di Indonesia hanya mementingkan konsep “apa” dan “bagaimana”, tidak peduli dengan konsep “mengapa”. Sebagai contoh ada pelajaran IPA kelas 2 yang isinya:

Cara memelihara Bumi:

1. Tidak membuang sampah sembarangan

2. Tidak menebang pohon sembarangan

3. Tidak membakar sampah

4. Jangan memakai kantong plastic ketika belanja ke pasar.

Aku sudah membolak-balik buku ini, mencari alasan kenapa Bumi harus dijaga, mengintip LKS dan buku paket, tapi tetap tidak ada dijelaskan “Mengapa” bumi harus dijaga. Untungnya Ibuku merupakan seorang Ibu bijaksana, Beliau menjelaskan kepada adikku “mengapa” kita harus menjaga bumi, Beliau memberikan dampak-dampak yang akan terjadi jika kita tidak melakukan hal-hal di atas. Sungguh seseorang yang bijaksana, seharusnya pihak-pihak penelitian dan pengembangan pendidikan memikirkan bahwa dasar dan alasan kita melakukan sesuatu itu mutlak adanya..

Kembali kepada sholat, prinsip dasar dari sholat pun sangat penting digaris bawahi kepada anak-anak sejak usia dini. Kenapa kita harus sholat, apa tujannya dan apa akibatnya. Saat ini orientasi pendidikan Indonesia hanya menekankan pada Surga dan Neraka, sehingga sangat mudah bagi umat muslim Indonesia untuk meninggalkan sholat karena mereka tidak tahu dan tidak memahami apa essensi dasar dari sholat. Mengapa kita harus sholat dan hikmah apa dibalik sholat kita.

Sholat ya sholat.. Puasa ya puasa.. Itulah dasar dangkal yang diturunkan secara turun-temurun tanpa ada yang mau mengubah sejarah ini. Padahal kita sebagai generasi muda, agent of change, punya 3 pilihan hidup: Jadi bagian sejarah, tertindas sejarah, atau mengubah sejarah? Bila sejarah itu tidak baik, maka kita harus memilih yang ketiga.

DR. Aidh Al Qarni mengatakan dari bukunya La Tahzan bahwa shalat berfungsi untuk membersihkan,menguatkan, melapangkan, menyegarkan, dan memberikan kenikmatan kepada hati. Pada waktu shalat,terdapat hubungan langsung antara hati dan Ruh , di satu sisi, dan Allah di sisi yang lain. Ada kedekatan langsung kepada-Nya. Ada kenikmatan dalam berdzikir kepada-Nya. Ada rasa bangga untuk bermunajat kepada-Nya. Ada maksimalisasi penggunaan anggota badan. Ada waktu sejenak untuk melepaskan diri dari hubungan antara sesama manusia. Ada keterikatan kekuatan hati dan tubuhnya kepada Rabb. Dan,ada waktu untuk melepaskan diri dari musuh musuhnya, sehingga shalat menjadi obat yang paling manjur dan makanan yang hanya bisa dikonsumsi oleh hati yang suci. Sebaliknya, hati yang sakit, tak ubahnya badan, hanya bisa menerima hal-hal materi yang bisa disantap saja.

Shalat adalah jalan terbesar untuk memperoleh kemaslahatan dunia dan akhirat, mencegah dari tindakan dosa, menghalangi tumbuhnya penyakit hati, mengusir penyakit, dan sekaligus mencegah kerusakan dunia dan akhirat. Shalat mencegah manusia untuk melakukan perbuatan dosa dan menjadi obat bagi penyakit-penyakit hati. Dia akan mengusir penyakit dari badan, menjadi penerang bagi hati, membuat wajah ceria tampak lebih bersinar, membuat anggota tubuh dan ruh segar serta penuh vitalitas. Shalat akan banyak mendatangkan rezeki, mencegah kezaliman, menolong orang-orang yang dizalimi, mencegah gempuran syahwat, mampu menjaga nikmat, mengusir bencana, dan mendapatkan rezeki. Shalat akan mendatangkan rahmat,dan menyibakkan mendung kesuntukan.

Hikmah inilah yang seharusnya penting ditanamkan pada anak-anak sejak usia dini. Bahwa esensi mereka sedang berbicara pada sang pencipta, Yang Maha Kuasa, bahwa sholat adalah kesempatan luar biasa dimana 5x dalam sehari kita diizinkan untuk berbicara 4 mata kepada “Big Boss” kita,tanpa ada orang lain lagi yang tahu. Hebat bukan? Jarang ada Bos yang memberikan kesempatan ‘curhat’ sebanyak itu kepada bawahannya..

Aku punya sebuah cerita tentang kehebatan sholat. Hal yang tak berhenti-henti membuatku berdecak kagum terhadap indahnya sholat sepanjang perjalanan pulangku. Satu hal yang membuatku berpikir jauh ke depan dan belakang tentang hukum-hukum Islam yang memang luar biasa.

Siang itu, baru saja selesai kuliah dan ujian praktikum histology menanti di depan mata. Jam 12.15, tepat adzan berbunyi, aku melangkah menuruni tangga, melangkah pulang. Mendengar adzan, hati ini terpanggil untuk menunaikannya, tapi yang namanya syetan, takpernah berhenti menggoda manusia..

“Sudah, nanti saja. Baru adzan, pulang 10 menit sampai, sholat di rumah deh..Enak tuh..” bujuk setan. Paling tidak niat buruk itulah yang ada sepintas di hatiku. Tapi tidak kawan, life is short, life is choice, siapa yang akan tahu bahwa kematian mau menunggu 10 menit? Tidak, jangan pernah yakin dengan waktu yg masih belum pasti di tangan kita, seakan-akan ada kesempatan kedua dan seakan-akan kita tahu kapan kematian kita.

Gedung histology, adalah gedung yang memiliki mushola terprestise, mampu membuat umat muslim tahan berlama-lama bermunajat pada Sang Illah. Ber-AC itulah tingkat keprestisannya. Ke sanalah aku menuju, melangkah sendirian karena yang lain sudah pada pulang. Dan ternyata, mushola yang terprestise ini memiliki tempat berwudhu yang terjorok. Tidak ada air yang mengalir dari kerannya dan benar-benar bau pesing. Ya Allah, bukan begini cara sholat yang baik.

Sayangnya..Sayangnya.. Aku terlalu kecewa dan terlena, sehingga syetan gampang meniupkan buhul-buhulnya ke hatiku.

“ Nah lo, ntar aja sholatnya dirumah..”

Ya, jalan itulah yang pertama kali ku ambil ketika melihat keadaan gedung histo. Ayyo pulang. Ternyata panas panas di siang bolong membuat para mahasiswa betah di kampus. Parkiran mobil masih penuh, dan sialnya mobilku sepertinya terjepit. Di sebelah kanan dan kiri mobil indah nan mahal sudah menjepit mobilku yang biru dan tua. Dan 4 meter ke belakang, mobil Honda jazz biru muda sudah menunggu juga. Mereka persis seperti blockade Israel pada Gaza. Ku coba mundur dengan segala keterbatasan putaran stir yang tidak power staring. Hasilnya nol, jarak 4 meter itu masih terlalu sempit untuk cukup dengan mobilku. Coba maju arah obliquus dexter, mundur arah caudal sinister, hasilnya masih nol. Kalau aku teruskan, bisa dipastikan Honda jazz biru itu akan lecet besar.

Menyerah dengan keadaan yang ada, beristighfar 3x, aku akhirnya memutuskan menelpon ibunda tercinta, curhat.

“ Assalamu’alaikum.”

“ Wa’aalaikumusalam warahmatullah wabarakaatuh.Ma?”, jawabku.

“ Kenapa? Kok tumben nelpon?” ,tanya mama

“ Mama di kantor ga?”, tanyaku balik

“ Ga, mama di rumah.”

“ Yaaaah, mobil vina kejepit ma.. Ga bisa keluar, ga cukup buat mundur, padahal udah pulangan.”, terangku.

“ Ya udah ikut temen aja pulangnya. Ada ga yang bisa nganterin?”, tanya mama.

“ Yah mama, masa nanti balik ke kampus lagi. Siapa yang anter?”, tanyaku.

Ya udah, coba kamu cari yang punya mobil, minta dia mundur bentar.”, saran mama lagi.

“ Ga ah, malu. Lagian di kampus kan banyak orang, dia ada di prodi mana vina ga tau.”, jawabku

“ Ya udah, kamu tunggu aja sampai mobilnya keluar sendiri. Belajar kek, ke perpus.”, saran mama.

“ Haduuuuuh, ya udah deh. Assalamu’alaikum.”, jawabku.

“Wa’alaikumusalam.”

Klek.

Ku tutup telponnya. Buntu, dengan segala opsi yang ada. Mobilnya panas lagi. Tiba-tiba aku teringat belum sholat. Memang ternyata benar, menunda sholat itu tidak baik. Satu-satunya opsi ada tempat wudhu yang airnya nyala adalah gedung fisiologi. Tapi permasalahannya tempat itu ramai, risih kalau berwudhu, bukan tempat strategis untuk para kerudunger. Tapi mau gimana lagi, daripada uring-uringan di mobil.

Tebakanku tepat, ada sekitar 3 laki-laki yang juga lagi ngantri wudhu, terpaksa bersabar. Tapi akhirnya, kalau ada kemauan pasti Allah SWT member jalan. Jalan wudhuku dimudahkan, dan sholatku ditenangkan. Selesai sholat, aku melangkahkan kaki ke mobil, berencana mengambil buku diktat histology dan pergi ke tempat sepi untuk belajar. Dan ternyata, eng ing eng, mobil jazz biru yang membuatku tak bisa keluar kini telah tiada. Pergi dari kampus ini, baru 15 menit yang lalu aku kebingungan mencari cara pulang dan memutuskan untuk taqarub. 15 menit kemudian masalah ini hilang seakan-akan ditelan bumi. Masih takjub dan linglung, aku memasuki mobil. Merasakan energy positif dari hikmah sholat ini.

Aku sudah membuktikan, bagaimana dengan anda?

Sabtu, 16 Oktober 2010

Ikhwan Tapi Bakwan

Istilah ini pertama kali ana dengar dari sahabat sesusah senang kuliahku Ukhti Rina Purnama Sari, yang artinya cowok alim yang ternyata masih juga suka godain akhwat yang sedep kalo dipandang, Jadi istilahnya, keimanan dan kealiman dia terhadap Islam Cuma sebagai topeng saja untuk menggaet cewek-cewek. Istilah ini merupakan salah satu bab dari Judul Buku yang baru saja ana khatamkan “ Gombal Warning”, buku yang membuat para ikhwan memuhasabah dan memprotect dirinya kuat-kuat, lalu bagi yang akhwat buku ini mampu membuat bulu kuduk merinding dan lebih menjaga harta-harta miliknya.

Ukhtifillah, kita ini perempuan, terlalu banyak hal menggoda dan menarik pada kita. Mulai dari ujung rambut kita yang bisa merangsang saraf simpatik di kulit pria sampai kuku jari kaki yang membuat hormone epinefrin disekresi di tubuh pria. Pokoknya tiap senti dari tubuh kita itu indah. Akibatnya, kita bisa jadi barang obralan bak kue yang dirubungi lalat kalau kita tidak bisa menjaga kemenarikan pada tubuh kita. Tergantung pribadi masing-masing aja, mau jadi kue beretalase kaca atau kue obralan dirubungi lalat? Life is choice..

Menutup aurat merupakan perintah Allah SWT bagi kita, perempuan, bukan main-main ini ukhtifillah, ini semata-mata menjaga harkat martabat kita, sebagai perempuan, agar kita tetap jadi kue beretalase kaca sampai akhir hayat kita. Menutup aurat pun ada aturannya, bagi yang udah berkerudung jangan merasa aman dulu, siapa tau kerudung kita masih salah. Masih belum menutupi bagian thorax, masih transparan, baju kita masih ketat, de el el. Ana aja masih jelek sekali dalam berpakaian, masih pake 2 lembar baju, belum gamis, kerudung masih transparan karena ga ada duit beli yang tebal, hikz, baju masih banyak yang masih bermanset. Intinya, tidak ada yang sempurna dalam cara kita menjaga diri, akan selalu ada cacat karena kita memang sumbernya kesalahan. Tinggal bagaimana kitanya terus berusaha untuk memperbaiki diri.

Memang lumrah kalau semua perempuan ingin tampil cantik dimanapun kita berada. Tapi coba piker,buat apaaaa?? Buat banyak yang naksir??! Ntar pusing sendiri kalo banyak yang naksir! Atau supaya dipuji?!! Jiaaaaaahh, jegar! Tampung aja tuh pujian sampe sekardus, ntar dijual deh..Haha, lucu. Satu yang harus kita percayai bahwa ketika kita benar-benar telah berjilbab dan bertitel jilbaber bukan hanya kerudunger, kita tetap akan terlihat cantik, walaupun tidak dimata manusia yang matanya terbatas, tapi yang pasti kita ruar biasa cantik dimata Allah SWT.. Ini kan yang penting? Apabila menurut Allah SWT kita cantik maka akan cakeplah jodoh kita nanti..(ngarep)

Kembali kepada ikhwan tapi bakwan. Fakta-fakta di atas lah yang membuat dunia ini rawan terhadap golongan si bakwan. Walaupun kita sudah jilbaber atau kerudunger sinis biar ga ada yang ganggu, tetap aja ada yang mampu meluluhkan hati kita. Namanya juga manusia, bisa kena virus merah jambu, tinggal bagaimana kita menyikapi hal ini dengan sebaik mungkin agar tak kebablasan.

Kewajiban setiap muslim sebagai da’i atau da’iyah membuat para akhwat harus turut juga aktif di harakah tertentu, agar dakwah kita terkontrol dan terkoordinir dan ada yang terus mengingatkan kita akan kewajiban ini selain hakikat Muraqabatullah dalam diri kita. Bagaimanapun islaminya sebuah harakah, tetap perlu ada dua kubu disana,kubu ikhwan dan kubu akhwat, yang memungkinkan seorang da’i memiliki intensitas ketemu dengan da’iyah yang cukup di atas toleran.

Kita tahu bahwa system demokrasi saat ini tidak membatasi pergaulan antara laki-laki dan perempuan. Karena inilah perkuliahan ana di kampus tidak membatasi ruang gerak laki-laki untuk pedekate ke perempuan, padahal perempuannya dah berusaha segalak mungkin. Tempat duduk yang bercampur baur bisa mempengaruhi lingkungan da’i dan da’iyah. Sudah sering ketemu waktu kuliah ditambah lagi ketemu di harakah. Wah lengkap sudah fasilitas buat setan menggoda.

Fakta ikhwan tapibakwan sudah ana temukan sendiri di kampus. Bayangkan, ini baru bulan kedua ana menyandang predikat mahasiswa sibuk, tapi virus bakwan pada diri ikhwan sudah tersebar. Sebut saja “cecep”. Cecep ini lulusan pesantren, hadist-hadist yang dihapalnya banyak, seabrek, kalau ngomong dikit-dikit bawa hadist, nada bicaranya udah kayak ulama lagi ceramah. Semua akhwat jadi terkagum-kagum deh ama si ikhwan yang satu ini. Tapi ternyata, cecep ini terikat dengan sebuah perjanjian ga penting dengan manusia lainnya. Isi perjanjian ini kalau bisa memotivasi untuk terus berprestasi dan beriman sih mending, ini memotivasi untuk inhal dan cari cewek. Masya Allah..Katanya ikhwaaaann, kok bakwaaann??

Inilah kenapa pentingnya mama menekankan akhlak pada anak-anaknya. Kita tahu banyak orang alim yang mampu menghapal banyak doa dan surah tapi kelakuannya masih jauh dari Al Qur’an..

“Islam itu diamalkan vina..Bukan buat dihapal dan dibaca saja..”, kata mama.

Banyak para sahabat Nabi SAW yang ibadah sholat, puasa, dan sunahnya biasa saja.. Tapii akhlaknya itu lhooo, yang bikin kagum seantero umat. Pintu surge kan banyak, celetuk orang, Jadi biarin aja ibadah bagus tapi kelakuan suka-suka gue..Jiaaaaaaaaaaaahhhhhhh, jangan gitu ikhwan fillah, miris hati ini mendengarnya.. Bagus atau tidaknya amal ibadah kita itu tercermin dari kelakuan kita. Kalau orang rajin sholat di mesjid tapi malamnya masih suka dugem, berarti sholatnya bukan karena Allah SWT, tapi karena yang lain yang tidak bisa menghalangi dia dari perbuatan tercela.

Ukhti, berhati-hatilah, teman-temanmu yang alim belum tentu punya protect yang kuat terhadap keistimewaanmu. Belajar dari pengalaman nulis tangan 15 halaman laporan fisiologi, ana menemukan pelajaran berharga sehabis memuhasabah diri terus menerus. Sebut saja A, seseorang yang ana kagumi karena charisma islam di dalam dirinya. Banyak cowok yang punya charisma islam, tapi hanya beberapa yang mampu mengeluarkan charisma itu menjadi charisma kecerdasan-ketampanan-dan ketenangan, sehingga tiap-tiap pribadi baik muslim atau non bisa menerimanya dengan hati senang. Dia, si A, punya protect yang kuat terhadap waktunya. Si A, mampu mengerjakan begitu banyak hal dalam waktu-waktunya dengan luar biasa sempurna. Kita memang melihat hasil, tapi kita juga melihat proses! Hasil yang diraih si A di bidag prestasi bisa dibilang mencengangkan kalo ga mau dibilang menggiurkan, IPK ok, hafalan Al Qur’anul Karim ok, sholat ok, pengajian ok, tapi dia punya satu kekurangan yang lambat ana sadari. Padahal kalau kagum, semua hal akan terasa benar, tapi sepertinya jiwa kritis lahiriah dalam diri ana tidak mau diam. PROTECT TERHADAP PEREMPUAN, itulah yang belum dia kaji.

Kedudukannya yang kharismatik membuat profesinya dikelilingi perempuan. Masalahnya bukan hanya dikelilingi, tapi si A juga dirubungi dengan cinta dari sejuta perempuan. Perempuan jaman sekarang, segelintir oknum, bahkan rela mengumbar senyum termanisnya sampai gigi terlihat kepada si A. Lalu, apa tanggapan si A? Kalo diliat dari amalannya, dia akan menunduk. Tapi satu kali lagi keheranan membuat ana tak bisa berhenti tersenyam-senyum sendiri, si A membalas senyum itu dan melihat tepat garis lurus ke mata para wanita. Ironis? Ya..

Pandangan adalah bujuk rayu setan yang paling pertama. Paling bahaya, karena reseptor mata kita akan langsung mengirimkannya ke otak, tempat semua bahan diolah, dan sayangnya otak kita sangat percaya pada mata. Buktinya orang selalu bilang:

“ Ayo sini, aku lihat dulu baru percaya.”

Fakta kesehatan mengatakan bahwa kita sangat mempercayai penglihatan. Segala rangsangan yang diterima oleh indra tubuh lain akan merespon percaya bila indra penglihatan telah membuktikannya.Itulah mengapa, hal salah bisa jadi benar, hal benar bisa jadi salah, hanya dengan salah melihat. Sekali lagi, pandangan, bisa merusak iman seseorang. Dua orang berbeda jenis sangat diperintahkan menjaga pandangan, karena sekali lagi kita,perempuan, istimewa, mata kita saja sudah mampu membuktikan cinta yang disimpan-simpan oleh seorang ikhwan.

“katakanlah kepada laki-laki yang beriman, hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya. Yang demikian itu lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.” (An-Nur : 30)

Ana membandingkan si A dengan si B dan si C, para ikhwan lainnya yang belum mampu merefleksikan charisma islam yang mereka miliki agar bisa diterima semua kalangan. Dan hasilnya adalah eng ing eng.. Si B dan C memiliki protect yang kuat terhadap perempuan. Si B dan si C mampu membuat kapok para perempuan yang berani menatap mata mereka apalagi menyentuh mereka. Efek jera inilah yang ana tekankan. Si A pernah dipegang oleh seorang perempuan, wajah syok memang terlintas di wajahnya, tapi si A tidak mampu menegur perempuan itu untuk menunjukkan betapa salahnya kelakuan itu. Tapi si B juga pernah dipegang oleh perempuan, teguran langsung tertumpah dari mulutnya. Inilah efek jera yang ana maksud. Efek jera ini tidak bisa dilakukan si A. Entah karena apa, tapi ana membuat kesimpulan bahwa protect si A dari perempuan masih perlu diasah lagi.

Nah ukhti, see? Kealimam seseorang belum tentu mampu membuat dia memiliki protect yang kuat terhadap kita. Tapi kita bisa, kita bukan kubu yang sering menikmati keindahan para ikhwan. Kita kubu yang pada bagian korteks cerebri kita lebih luas area sensorisnya dibanding para ikhwan. Maka manfaatkanlah itu, kita perlu mengolah setiap respon kita agar tidak salah kaprah seperti jadi akhwat tapi bakwan atao jadi gandengan ikhwan yang bakwan.

Afwan jiddan.

Mohon kritik dan saran.