Kamis, 23 Desember 2010

SEPASANG JUBAH KEMULIAN RESENSI NEGERI LIMA MENARA

“Amak ingin memberikan anak terbaik amak untuk kepentingan agama. Ini tugas mulia untuk akhirat.”

Sebuah kalimat singkat yang mampu membuat saya jungkir balik tak karuan, saat membacanya. Masih terpatri kuat di benak saya ketika mengikuti seminar AMT dan sesi terakhirnya adalah ‘Membuat Alterlife Mapping’. Saya dan kawan-kawan ditantang untuk membuat sebuah alasan, kenapa kami pantas memasuki surganya. Dan masih terpatri jelas di benak saya, ketika mendengar alterlife mapping dari seorang perempuan palestina.

“ Ya Allah.. Hamba telah mengorbankan putra terbaik hamba untuk berjuang di jalan-Mu. Telah ku korbankan nyawanya untuk meledakkan para penentang-Mu. Telah ku ikatkan bom itu di dadanya dengan ikhlas.. Maka pantaslah aku untuk memasuki surge-Mu.”

Berkacalah saya! Apa yang sudah saya lakukan sehingga saya pantas masuk surge-Nya. Apa yang sudah saya berikan kepada Illahi agar saya dapat tempat mulia itu?! Apa? Apa? Dan Apa?

Tapi dengan kalimat si Amak tadi, dengan sepotong kata dari guru SD kampungan di pedalaman Sumatra Utara, saya menyadari betapa sempit pikiran yang saya punya. Betapa dangkal pemahaman yang ada di otak saya. Bahwa banyak jalan menuju roma..

Menuntut ilmu itu kewajiban dalam islam. Setinggi- setinggi mungkin. Untuk mengangkat derajat islam. Untuk memberi tahu ke pada dunia ‘Hei, kami umat muslim. Kami cerdas dan kami terdepan. Tapi kami tidak sombong dan serakah karna kami yakin ini semua pemberian-Nya.’

Tapi ilmu bagaimana yang mau kita perdalami? Saat ini kebanyakan orang tua hanya melihat kepintaran itu dari segi pengetahuan umum, pengetahuan dunia, dan mereka fine-fine saja ketika anaknya buta dan tuli tentang akhirat. Inilah isi buku ini, inilah makna terdalam dari buku ini. Ketika ilmu dunia dikesampingkan oleh seorang Ibu dan ilmu agama yang dia amanahkan untuk anaknya. Walau anak itu terpaksa dan setengah hati. Tapi yang namanya surge, memang benar-benar ada di bawah telapak kaki Ibu.

Memasuki Pondok Modern Gontor dengan setengah hati untuk menuruti perintah ibunya, Alif ternyata tetap berprestasi. Walaupun selalu mendapat koar-koar panas dari Randai, sahabatnya yang masuk SMA, Alif ternyata mampu mengakhiri pendidikannya di PM dan menjadi lulusan terdepan agama. Kenapa Alif jadi masalah ketika dia harus masuk pesantren?

Tersindir oleh perkataan Bunda Alif bahwa yang jadi pemimpin agama saat ini adalah orang-orang yang tidak lulus sekolah negeri, yang NIMnya pas-pasan, yang duitnya juga pas-pasan. Maka untuk seorang Alif yang NIMnya tertinggi se wilayahnya, yang namanya jadi patokan pasti masuk sekolah negeri favorit, masuk pesantren, meninggalkan ilmu dunia yang begitu banyak disanjung orang,tentu membuat gundah gulana.

Tapi kini lihat prestasi Alif, belajar agama bukan berarti menjadi terbelakang dengan informasi lain. Belajar agama bukan hanya menghapal ilmu-ilmu yang sudah turun berabad-abad yang lalu, tapi belajar ilmu agama, mampu membuatnya terbang ke Washington dengan Fulbright scholarship, mampu terbang ke London dengan segenap suka cita. Sekali lagi hal ini membuktikan perspektif yang salah tentang belajar agama.

Buku ini tidak hanya mampu membuat kita membuka pikiran untuk melihat banyaknya celah dalam meraih mimpi Islam. Tapi buku ini juga banyak member nasihat kehidupan. Seperti yang dikatakan Ali bin Abi Thalib bahwa menulis, mampu membuat ilmu melekat dan menjadi diri kita. Saya jadi semakin terpacu untuk merangkum.

Buku ini juga berhasil mendongkrak semangat saya untuk terus menghapal Al Qur’an, menjadi hafizah, walaupun Cuma 3-4 juz, tapi paling tidak saya ingin memberikan jubah kemuliaan kepada orang tua saya Luki Anjardiani dan Yurnadi Vahlevi. Sebuah hadist mengatakan bahwa bila seorang anak menjadi penghafal Al Qur’an, maka kedua orang tuanya akan dikaruniai Allah SWT jubah kemuliaan di akhirat kelak. Seandainya ada tukang jahit yang mampu membuat pelindung api neraka ini untuk kedua orang tua saya, berapapun akan saya bayar! Berhubung tidak ada, maka apapun akan saya lakukan, asalkan itu halal dan tidak mengurangi kemashlahatannya.

Terakhir, buku ini merupaka buku yang layak dibaca oleh orang yang terlau sibuk dengan duniawinya. Untuk orang-orang yang punya motivasi besar untuk berubah, buku ini mampu memberikan motivasi lebih, serta transfer energy agar semuanya sempurna.

Rabbi zidni ‘ili, warzukni fahman. Ya Rabbi, berikanlah ilmu bagi kami dan sertakan pemahaman bagi kami...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar