Minggu, 29 Desember 2013

Penambahan Mata Pelajaran Baru untuk Menunjang Pendidikan Karakter di Indonesia

Berdasarkan hasil survey Direktorat Pembinaan Kursus dan Pelatihan Kemendikbud terdapat 11.975 lembaga kursus yang tersebar di seluruh Indonesia. Jumlah ini sebanding dengan trend orang tua saat ini. Tidak perhatian namanya jika orang tua tidak mengikutkan anaknya les bahasa Inggris, matematika, ipa, fisika, kimia, dan sebagainya. Budaya ini lahir dari pendidikan kognitif yang dianut oleh bangsa Indonesia. Pendidikan yang hanya berpusat pada IQ (Inteligent quotient) sebagai tolak ukur kesuksesan, berhasil ditanamkan Belanda mulai masa penjajahan. Dengan pemahaman ini, ada hal penting lain yang terlupakan dari orang tua untuk anaknya, yaitu karakter. Saat ini banyak kita temukan fakta, anak dari keluarga kaya bisa mengikuti berbagai kursus dan menjadi pintar, tapi sombong dan egois. Para pemenang olimpiade yang tidak diragukan lagi keilmuannya tetapi tidak berani berbicara di muka umum. Berdasarkan dua fakta di atas, dapat kita lihat bahwa ilmu saja tidak cukup. Anak bangsa saat ini memerlukan pendidikan karakter agar bisa membangun negaranya. Pendidikan karakter ini terutama dinilai dari EQ (emotional quotient) dan SQ (spiritual quotient). Menyikapi hal ini, sebenarnya pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 1 Tahun 2012 yang bertujuan merevisi sistem pendidikan di Indonesia, salah satu jalannya adalah menerapkan aspek kognitif dan psikomotor pada setiap mata pelajaran. Namun, hal ini tentu belum mencukupi. Solusi terbaik untuk menyikapi hal ini bukanlah membagi mata pelajaran menjadi dua aspek, melaikan menambah tiga mata pelajaran baru untuk mendidik karakter anak bangsa yaitu pendidikan kepemimpinan, inovasi, dan komunikasi efektif. Penerapan 3 mata pelajaran karakter ditambah mata pelajaran kognitif lainnya harus berlandaskan 2 asas yaitu kultur budaya Indonesia dan agama agar menjamin karakter EQ. Kepemimpinan berfungsi mencetak para pemimpin masa depan yang bisa mengambil keputusan sendiri dengan memperhatikan risikonya. Kepemimpinan penting diterapkan karena saat ini banyak aset cerdas bangsa berada di bawah kepemimpinan warga asing. Mirisnya lagi, kita menjadi budak untuk kekayaan bangsa kita sendiri. Kepemimpinan dinilai dari cara menghargai pendapat, cara memperhitungkan risiko, cara menanggulangi risiko, dan manajemen diri-waktu maupun kesempatan. Inovasi perlu dilakukan agar merubah mindset penduduk negri ini. Saat ini, semua orang tua di Indonesia berharap anaknya menjadi PNS dan selalu mencela impian entrepreneurship. Sehingga, semua anak didik pun terdikte untuk mencari pekerjaan bukan membuka lapangan pekerjaan. Kebiasaan ini pun meningkatkan angka pengangguran di Indonesia. Dengan melatih inovasi, anak didik akan terbiasa untuk berkarya dan menciptakan sesuatu. Diharapkan melalui kebiasaan ini, seiiring dengan meningkatnya ilmu mereka, semakin meningkatkan kualitas hasil karya yang dibuat. Parameter penilaian inovasi meliputi etos kerja seperti pantang putus asa, manajemen kegagalan dan kesalahan, dan cara melihat peluang. Komunikasi efektif penting karena sebriliant apapun ide kita jika tidak disampaikan melalui cara yang benar, hanya akan menjadi angan-angan semata. Melalui komunikasi efektif, kita mampu menyuport orang lain, meyakinkan pihak yang lebih tinggi, dan mampu menghimpun orang lain sebagai satu kesatuan. Parameter yang digunakan adalah tingkat percaya diri, pemilihan bahasa dalam public speaking, penggunaan bahasa verbal dan nonverbal, serta penulisan pesan. Mata pelajaran karakter ini merupakan solusi yang sudah lama diterapkan dalam pendidikan Malaysia tapi belum pernah diterapkan di Indonesia.Penerapannya yang ditanamkan sejak dini diharapkan bisa memperbaiki karakter anak bangsa yang selama ini hilang dan mendukung kecerdasan intelegensia yang dimiliki.

1 komentar: