Senin, 07 Maret 2011

Tugas di Bibir Jurang

Siapa yg sangka, kalau Luisa Vinadiya ini juga bisa malas ngerjakan tugas.
Berawal dari keinginan untuk aktif dan membangkitkan Hippocampus, aku terjebak dalam komitmenku sendiri.
Harus tetap aktif di dakwah. Aku ingin mencurahkan segala hal yang memang aku masih punya untuk agama ini, walaupun hanya jadi tukang ngeprint sertifikat.

Hippocampus yang lagi hot dengan para anggota mudanya, mengadakan sebuah pelatihan jurnalistik pada hari Minggu tanggal 6 Maret 2011 kemaren. Jurnalistik adalah esensi dari Hippocampus. Esensi inilah yang akhirnya membawa aku dan anggota muda lainnya untuk mendapatkan sebuah tugas. Aku dan teman-teman diminta melakukan wawancara dengan seorang kakak senior kami, dan menuliskannya ke dalam sebuah artikel jurnalistik. Pertamanya, aku semangat dengan tugas ini. Aku yang hanya berpegangan dengan kemampuan seadanya, sudah menargetkan Kak Eka Prasepti untuk diajak wawancara.

Namun, manusia hanya bisa berencana, Allah lah yang menentukan. Waktuku untuk mengerjakan tugas, terbentur dengan kesibukan PKM ditambah kesibukan menjadi seksi humas dalam acara KSIA. Ternyata, seksi humas tidak segampang yang aku kira. AKu juga ikut pusing, saat peserta kami juga belum mencapai angka 200 orang. Belum lagi urusan pamflet, tiket masuk, kartu panitia, sertifikat, pembayaran. Jiaaaaahhh, aku sampai lupa dengan tugas hippocampus.

Puncak dari acara KSIA telah tiba. Sebuah acara yang sangat gaje, menurutku. Hanya 1 ilmu yang saat ini masih membekas di pikiranku, yaitu perkataan Kak Abay: " Semua orang mendapat inspirasi yang sama dari sekitarnya, tapi tergantung masing-masing individu, seberapa besar ember yang dia bawa untuk menampung inspirasi itu".
Setelah lelah mendampingi puncak acara KSIA, aku disudutkan dalam sebuah Mubes KSIA. Aku mengikuti ini karena aku ingin tahu, bagaimana internal dan hal-hal fundamental lainnya dari KSIA. Rasanya tak adil, kalau aku mengikuti mubes hima sampai akhir, tapi tak ikut Mubes KSIA sampai akhir. Untungnya selama mubes, aku didampingi oleh kakak tingkat paling asyik sepanjang masa yaitu Kak Erna. Jadilah, acara
Mubes yang formal ini kami isi dengan ritual makan-makan (ups!). Sampai akhirnya, kak Erna bertanya:
" Kam mewawancarai siapa Vin, gasan hippocampus?"
" Belum ka..Kayaknya saya ga ngerjain tugas wawancaranya. Kadapapa jua lo ka, paling dihukum atau dikasih tugas lagi.", jawabku polos.
" Eh, maulah begitu! Tu nah, di belakang ada Kak Madel, lakasi wawancarai.", perintah Kak Erna.
Secepat kilat, aku mengikuti saran Kak Erna.
" Kak Madel, udah ada yang wawancarai kakak ga?", tanyaku.
" Sudah ada Dek. Ya Allah, kamu belum ngerjain tugas kah?!" tanya Kak Madel.
" Hehehe, iya kak belum.. Berapa orang yang udah wawancarai kakak?"tanyaku.
" Baru 1 orang, anak psikologi.", jawab Kak Madel.
" Oh bagus Kak. Berarti, ana boleh kan mewawancarai kakak?", tanyaku.
" Lakasi. Kam handak betakun apa gerank?", tanya Kak Madel.

Dan dimulailah wawancara itu. Aku terkesima, Kak Madel adalah sosok yang luar biasa. Cerdas, energik, berjiwa sosial dan berdedikasi tinggi. Aku mendapatkan banyak pelajaran dari sosok Kak Madel. Menurutku, beliau adalah teladan mahasiswa berprestasi untuk saat ini. Karyaku tentang Kak Madel yang berjudul "Buku adalah Investasi" mendapat anugrah sebagai hasil wawancara terbaik.

Lihatlah kawan. Aku semula adalah calon anggota muda hippocampus yang akan mendapatkan blacklist. Dari niat awal yang tidak sempat mengerjakan tugas, sampai akhirnya karyaku

Namun Allah SWT berkata lain. Aku telah membuktikan bahwa siapa yang menolong agama Allah, maka Allah SWT akan menolongnya..Bagaimana dengan anda??

Tidak ada komentar:

Posting Komentar